Saturday 17 July 2021

Khotbah Idul Adha era Pandemi Civid-19

 


IBADAH KURBAN DI MASA WABAH COVID 19

 

   اللهُ أَكْبَرُ 3، اللهُ أَكْبَرُ3 ، اللهُ أَكْبَرُ 3ُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَـخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَـخْتَارُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ الْوَاحِدُ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ وَقُدْوَةُ الْأَبْرَارِ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً مَّا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ.  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا إِخْوَةَ الْإِسْلَامِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَـرُ


 

Allahu Akbar x3 Walillaahil Hamd,

 

Pada kesempatan yang mulia ini. Marilah kita tetap dan selalu berusaha meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

 

Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul di majlis mubarok ini dan dapat menjalankan ibadah sholat Idul Adha. Namun, ibadah sholat hari raya kali ini wabah pandemi covid 19 ini belum juga berlalu. Oleh karena itu, kita harus tetap berhati-hati menjaga diri dan menjaga orang lain agar wabah ini dapat berhenti dan tidak berkepanjangan. Kuncinya adalah di samping berdoa pada Allah dan bersahalawat pada Rasulullah SAW, juga harus berikhtiar mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.   

 

Allahu Akbar x3 Walillaahil Hamd

Dalam tradisi Jawa, Idul Adha sering disebut dengan istilah riyaya besar. Sebab, bulan yang dalam kalender hijriah bernama Dzulhijjah itu  dalam kalender Jawa juga disebut wulan Besar. Pengertian wulan Besar  itu tentu merujuk pada peristiwa besar yang terjadi di bulan Dzulhijjah yaitu peristiwa ibadah haji dan ibadah kurban. Ibadah haji merupakan ibadah puncak bagi umat Islam yang mampu menempuhnya. Sedangkan ibadah kurban merupakan ibadah yang dianjurkan (sunnah muakkad) untuk melaksanakannya bagi yang mampu membeli hewan kurban.

Kalau biasanya para calon jamaah haji Indonesia yang jumlahnya ratusan ribu sekarang ini sedang melaksanakan ibadah haji di Mekah, tetapi tahun ini pemerintah Saudi Arabia tidak membuka kesempatan calon jamaah haji dari negara lain akibat pandemik global. Kondisi demikian inilah yang menjadikan jamaah calon haji bersedih. Sebab, mereka juga sudah lama menunggu antrean untuk beribadah haji ke tanah suci.

Namun para hadirin, kalau kita berpikir secara mendalam, pandemik global ini merupakan ujian bagi seluruh manusia dan jamaah yang akan berhaji. Sebab, dengan adanya pandemik ini apa pun yang direncanakan dan ditargetkan manusia dapat mengalami perubahan drastis. Di sinilah Allah sebagai Sang Penentu  menunjukkan kekuasaan-Nya agar manusia  kian mendekat kepada-Nya.

 

Allahu Akbar x3 Walillaahi Hamd

Salah satu upaya manusia mendekat pada Allah di bulan haji ini adalah dengan berkurban. Istilah kurban berasal dari kata Qurban, yang berarti pendekatan, yakni pendekatan seorang hamba pada Allah SWT dengan melakukan penyembelihan binatang ternak seperti domba, sapi, dan onta. Hukum ibadah Qurban yang sunnah muakkadah itu salah satunya berdasarkan pada ayat Alquran Surat Alkautsar, ayat 2 yang berbunyi:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ - ٢

Artinya: Maka dirikanlah sholat untuk Tuhanmu dan sembelihlah kurban

 

Hadirin rahimakumullah, meskipun secara formal ibadah kurban itu berupa penyembelihan binatang ternak, lalu dagingnya dibagikan, dihadiahkan, dan sebagian dimakan bersama keluarga. Namun, secara hakikat maknanya sangat mendalam. Sebab, ibadah itu sangat terkait dengan peristiwa pengurbanan dan ketaatan Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail terhadap Allah SWT. Bila kita telusur kisahnya, Nabi Ibrahim dan istrinya yang sudah tua itu belum juga dikaruniai anak, tetapi mereka tak pernah berhenti berdoa untuk mendapatkan seorang putra. Keinginan yang besar itu kemudian dipenuhi oleh Allah dengan lahirnya Ismail. Namun, Tak berapa lama kebahagiaan itu dinikmatinya, Nabi Ibrahim pun diperintah Allah melalui mimpinya untuk menyembelih putranya tercinta. Perintah Tuhan yang amat berat itu kemudian disampaikan pada Ismail. Ternyata Ismail sebagai anak yang belum dewasa pun mendukung ayahnya untuk menaati perintah Tuhan. Dari ketaatan mereka itulah kemudian Allah memberikan seekor domba yang kemudian disembelih oleh Nabi Ibrahim AS yang didampingi putranya tercinta.    

 

Allahu Akbar x3 Walillaahil Hamd    

Latar munculnya syariat ibadah kurban ini mestinya harus dipahami dan dihayati banyak orang. Sebab, hakikat kurban itu adalah pendekatan hamba pada Tuhan dengan penuh ketaatan dan kesabaran. Jadi, syariat kurban ini puncaknya pada ketaatan dan ketakwaan hamba pada Allah. Bukan pada darah dan daging binatang yang dikorbankan. Hal demikian ini, ditegaskan oleh Allah dalam Alquran Surat Alhajj ayat 37:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

Artinya: “Tiadalah Allah akan menerima daging-daging yang menjadi kurban dan tidak pula darahnya, melainkan Allah akan menerima ketakwaanmu”.

 

Dengan mengacu firman Allah tersebut sangat jelas, bahwa diterima atau tidaknya ibadah kurban itu bukan pada darah dan daging binatang yang dikorbankan. Tapi diterimanya ibadah qurban itu hanya pada ketaatan dan ketakwaan pelakunya kepada Allah. Namun sayangnya, kebanyakan orang melaksanakan syariat ini masih pada sisi formalnya saja. Seyogyanya, jika secara kuantitas pelaku kurban ini meningkat setiap tahunnya, maka kualitas pribadi-pribadi masyarakatpun kian membaik.

            Di masa pandemik ini, memang, peningkatan jumlah hewan kurban sangat dibutuhkan masyarakat. Terutama, untuk membantu masyarakat miskin dan yang terdampak ekonomi secara langsung. Namun, peningkatan kualitas pribadi masyarakat lebih penting lagi. Sebab, di masa pandemi  sangat dibutuhkan pribadi-pribadi tangguh. Yakni pribadi-pribadi yang peduli dan kuat bagi mereka yang terdampak pandemi secara langsung.

 

Allahu Akbar x3 Walillaahil Hamd

Kepedulian sosial adalah makna utama ibadah kurban saat ini. Sebab, pandemik global ini sangat berdampak besar pada sosial-ekonomi masyarakat. Sebagian mereka ada yang tertimpa wabah dan sebagian besar lainnya mendadak tertimpa kesulitan ekonomi. Jika kondisi ini berkepanjangan, tentu saja akan timbul masalah yang lebih berat lagi ke depan. Di sinilah, ketaatan hamba yang berlebih harta diundang untuk berbagi. Bukan hanya daging kurban, tetapi juga kepedulian sosial untuk mengurai dampak sosial-ekonomi masyarakat.

Kekuatan mental-spiritual adalah makna mendalam ibadah kurban saat ini. Sebab, wabah covid 19 ini adalah ujian pelik yang harus dihadapi dengan ketaatan dan kesabaran. Di samping ketaatan beribadah pada Allah, juga ketaatan mengikuti protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Dengan tumbuhnya kesabaran, maka masyarakat menjadi gigih, kreatif, dan solutif menghadapi berbagai kesulitan yang dihadapinya. Mari kita berdoa agar  Allah menguatkan iman dan takwa kita dalam menghadapi wabah global ini serta segera menghentikan wabah ini di negeri kita tercinta. Amin ya Rabbal ‘alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Silahkan Donload lewat Link :

https://drive.google.com/file/d/1sVOyVach35hzFyoBG1bcvchYA1HgiyUw/view?usp=sharing

No comments:

Post a Comment