IBADAH
KURBAN DI MASA WABAH COVID 19
اللهُ أَكْبَرُ 3، اللهُ أَكْبَرُ3 ، اللهُ
أَكْبَرُ 3ُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ
يَـخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَـخْتَارُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ الْوَاحِدُ
الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ وَقُدْوَةُ الْأَبْرَارِ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً مَّا
تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ. أَمَّا
بَعْدُ، فَيَا إِخْوَةَ الْإِسْلَامِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَـرُ
Allahu Akbar x3 Walillaahil Hamd,
Pada kesempatan
yang mulia ini. Marilah kita tetap dan selalu berusaha meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul di
majlis mubarok ini dan dapat menjalankan ibadah sholat Idul Adha. Namun, ibadah
sholat hari raya kali ini wabah pandemi covid 19 ini belum juga berlalu. Oleh karena
itu, kita harus tetap berhati-hati menjaga diri dan menjaga orang lain agar wabah
ini dapat berhenti dan tidak berkepanjangan. Kuncinya adalah di samping berdoa
pada Allah dan bersahalawat pada Rasulullah SAW, juga harus berikhtiar
mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.
Allahu Akbar x3 Walillaahil Hamd
Dalam tradisi Jawa, Idul Adha sering disebut dengan
istilah riyaya besar. Sebab, bulan
yang dalam kalender hijriah bernama Dzulhijjah itu dalam kalender Jawa juga disebut wulan Besar. Pengertian wulan Besar itu tentu merujuk pada peristiwa besar yang
terjadi di bulan Dzulhijjah yaitu peristiwa ibadah haji dan ibadah kurban.
Ibadah haji merupakan ibadah puncak bagi umat Islam yang mampu menempuhnya.
Sedangkan ibadah kurban merupakan ibadah yang dianjurkan (sunnah muakkad) untuk
melaksanakannya bagi yang mampu membeli hewan kurban.
Kalau biasanya para
calon jamaah haji Indonesia yang jumlahnya ratusan ribu sekarang ini sedang
melaksanakan ibadah haji di Mekah, tetapi tahun ini pemerintah Saudi Arabia
tidak membuka kesempatan calon jamaah haji dari negara lain akibat pandemik
global. Kondisi demikian inilah yang menjadikan jamaah calon haji bersedih.
Sebab, mereka juga sudah lama menunggu antrean untuk beribadah haji ke tanah
suci.
Namun para hadirin, kalau
kita berpikir secara mendalam, pandemik global ini merupakan ujian bagi seluruh
manusia dan jamaah yang akan berhaji. Sebab, dengan adanya pandemik ini apa pun
yang direncanakan dan ditargetkan manusia dapat
mengalami perubahan drastis. Di sinilah Allah sebagai Sang
Penentu menunjukkan kekuasaan-Nya agar
manusia kian mendekat kepada-Nya.
Allahu Akbar x3 Walillaahi Hamd
Salah satu upaya manusia mendekat pada Allah di
bulan haji ini adalah dengan berkurban. Istilah kurban berasal dari kata
Qurban, yang berarti pendekatan, yakni pendekatan seorang hamba pada Allah SWT
dengan melakukan penyembelihan binatang ternak seperti domba, sapi, dan onta.
Hukum ibadah Qurban yang sunnah muakkadah itu salah satunya berdasarkan pada
ayat Alquran Surat Alkautsar, ayat 2 yang berbunyi:
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ - ٢
Artinya: Maka dirikanlah sholat untuk Tuhanmu dan sembelihlah
kurban
Hadirin rahimakumullah, meskipun secara formal
ibadah kurban itu berupa penyembelihan binatang ternak, lalu dagingnya
dibagikan, dihadiahkan, dan sebagian dimakan bersama keluarga. Namun,
secara hakikat maknanya sangat mendalam. Sebab, ibadah itu sangat terkait
dengan peristiwa pengurbanan dan ketaatan Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail
terhadap Allah SWT. Bila kita telusur kisahnya, Nabi Ibrahim dan istrinya yang
sudah tua itu belum juga dikaruniai anak, tetapi mereka tak pernah berhenti berdoa
untuk mendapatkan seorang putra. Keinginan yang besar itu kemudian dipenuhi
oleh Allah dengan lahirnya Ismail. Namun, Tak berapa lama kebahagiaan itu
dinikmatinya, Nabi Ibrahim pun diperintah Allah melalui mimpinya untuk
menyembelih putranya tercinta. Perintah Tuhan yang amat berat itu kemudian
disampaikan pada Ismail. Ternyata Ismail sebagai anak yang belum dewasa pun
mendukung ayahnya untuk menaati perintah Tuhan. Dari ketaatan mereka itulah
kemudian Allah memberikan seekor domba yang kemudian disembelih oleh Nabi
Ibrahim AS yang didampingi putranya tercinta.
Allahu Akbar x3 Walillaahil Hamd
Latar munculnya syariat ibadah kurban ini mestinya
harus dipahami dan dihayati banyak orang. Sebab, hakikat kurban itu adalah
pendekatan hamba pada Tuhan dengan penuh ketaatan dan kesabaran. Jadi, syariat
kurban ini puncaknya pada ketaatan dan ketakwaan hamba pada Allah. Bukan pada
darah dan daging binatang yang dikorbankan. Hal demikian ini, ditegaskan oleh
Allah dalam Alquran Surat Alhajj
ayat 37:
لَنْ
يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى
مِنْكُمْۗ
Artinya: “Tiadalah Allah akan menerima daging-daging
yang menjadi kurban dan tidak pula darahnya, melainkan Allah akan menerima
ketakwaanmu”.
Dengan mengacu firman
Allah tersebut sangat jelas, bahwa diterima
atau tidaknya ibadah kurban itu bukan pada darah
dan daging binatang yang dikorbankan. Tapi diterimanya ibadah qurban itu hanya pada
ketaatan dan ketakwaan pelakunya kepada
Allah. Namun sayangnya, kebanyakan orang melaksanakan syariat ini masih pada
sisi formalnya saja. Seyogyanya, jika secara kuantitas pelaku kurban ini
meningkat setiap tahunnya, maka kualitas pribadi-pribadi masyarakatpun kian membaik.
Di
masa pandemik ini, memang, peningkatan jumlah hewan kurban sangat dibutuhkan
masyarakat. Terutama, untuk membantu masyarakat miskin dan yang terdampak
ekonomi secara langsung. Namun, peningkatan kualitas pribadi masyarakat lebih
penting lagi. Sebab, di masa pandemi sangat dibutuhkan pribadi-pribadi tangguh. Yakni
pribadi-pribadi yang peduli dan kuat bagi mereka
yang terdampak pandemi secara langsung.
Allahu Akbar x3 Walillaahil Hamd
Kepedulian sosial
adalah makna utama ibadah kurban saat ini. Sebab, pandemik global ini sangat
berdampak besar pada sosial-ekonomi masyarakat. Sebagian mereka ada yang
tertimpa wabah dan sebagian besar lainnya mendadak tertimpa kesulitan ekonomi.
Jika kondisi ini berkepanjangan, tentu saja akan timbul masalah yang lebih
berat lagi ke depan. Di sinilah, ketaatan hamba yang berlebih harta diundang
untuk berbagi. Bukan hanya daging kurban, tetapi juga kepedulian sosial untuk
mengurai dampak sosial-ekonomi masyarakat.
Kekuatan
mental-spiritual adalah makna mendalam ibadah kurban saat ini. Sebab, wabah covid
19 ini adalah ujian pelik yang harus dihadapi dengan ketaatan dan kesabaran. Di
samping ketaatan beribadah pada Allah, juga ketaatan mengikuti protokol
kesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Dengan tumbuhnya
kesabaran, maka masyarakat menjadi gigih, kreatif, dan solutif menghadapi
berbagai kesulitan yang dihadapinya. Mari kita berdoa agar Allah menguatkan iman dan takwa kita dalam
menghadapi wabah global ini serta segera menghentikan wabah ini di negeri kita
tercinta. Amin ya Rabbal
‘alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Silahkan Donload lewat Link :
https://drive.google.com/file/d/1sVOyVach35hzFyoBG1bcvchYA1HgiyUw/view?usp=sharing
No comments:
Post a Comment