Khutbah Idul Adha 1434 H
PESAN
DARI IBADAH QURBAN
Disusun Oleh : Mahfudl Sidiq, S.Pd.I
الله أكبر الله أكبر الله أكبر 3x
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا
لااله الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ:
فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
الله
أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan
sebenar-benarnya taqwa yakni dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Pada hari mulia dan luhur ini, semua kaum muslimin yang bertebaran
disegenap penjuru dunia, serempak secara bersama-sama menyambut kedatangan Idul
Adha dengan ucapan tahmid, tahlil dan takbir. Gemuruh suara takbir dan tahmid
bergema diangkasa raya, diucapkan oleh setiap orang muslim dengan tulus dan
khusu’.
الله أكبر الله
أكبر الله أكبر ولله الحمد Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Apabila kami yang berada di tanah air
menyambut hari raya Idul Adha yang mulia dengan takbir dan tahmid dengan rasa
syukur dan tulus, maka jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji berkumpul
di tanah suci Makkah, Arafah dan Mina untuk menunaikan ibadah haji. Mereka
datang dari berbagai pelosok dunia, dari berbagai bangsa dan suku, dalam segala
keadaan, mereka menyatu dalam ketaatan dan kepasrahan kepada Sang Khalik-nya. Mereka
menanggalkan segala atributnya masing-masing, meninggalkan berbagai kegiatan di
tanah air untuk menghadap kepada-Nya yang Maha Rahman dengan keikhlasan yang
mendalam sampai kelubuk hati. Para jamaah secara bersamaan mengumandangkan
kalimat yang sama, kalimat yang agung, yaitu kalimat talbiah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ،
إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكُ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Mereka yang menunaikan ibadah haji ke tanah suci itu, ternyata tidaklah
semuanya orang-orang kaya, berpangkat atau berharta, diantara mereka ada rakyat
biasa, yang semenjak kecil, ketika ia sadar sebagai seorang muslim telah
mengukirkan niatnya untuk melaksanakan ibadah haji. Untuk merealisasikan
niatnya yang kuat itu, selama bertahun-tahun mereka bekerja keras, berhemat dan
menyisihkan uang yang diperolehnya sedikit demi sedikit, sehingga cukup bagi
ibadah yang mulia itu. Mereka telah membiasakan diri untuk hidup sederhana,
baik pada waktu mereka miskin maupun saat mereka berkecukupan. Mereka sisihkan
sebagian hartanya yang diperoleh dengan jalan memeras keringat, dengan kerja
keras, demi mengagungkan syiar agama Allah dan mengagungkan da’wah Islamiyah.
Pengabdian yang tulus dan suci itu dilakukan dalam rangka mencari keridhaan
Allah SWT.
Bagi orang islam yang mampu baik itu biayanya, sehat badannya, dan
aman dalam perjalanannya maka dia wajib untuk melaksanakan ibadah haji, AllahSWT
berfirman:
¬!ur ’n?tã Ĩ$¨Z9$# kÏm ÏMøt7ø9$# Ç`tB tí$sÜtGó™$# Ïmø‹s9Î) Wx‹Î6y™ 4 `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî Ç`tã tûüÏJn=»yèø9$# ÇÒÐÈ
Artinya : “mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah[216].
barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya
(Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Q.S Ali Imran:97)
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ
لمَ ْتَحْبِسْهُ حَاجَةٌ ظَاهِرَةٌ اَوْ مَرَضٌ حَابِسٌ اَوْسُلْطَانٌ جَائِرٌ وَلمَ
ْيَحُجَّ فَلْيَمُتْ اِنْ شاَءَ يَهُوْدِيًّا
وَاِنْ
شَاءَ نَصْرَانِيًّا (رواه البيهقى)
Artinya : "Barang siapa tidak menghambat atasnya hajat yang
nyata, atau sakit yang merintangi atau penguasa yang jahat sedang ia tidak mau
menunaikan haji, maka hendaklah ia mati jika menghendaki menjadi Yahudi atau
Nasrani" (HR. Baihaqi)
الله أكبر الله
أكبر الله أكبر ولله الحمد Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Demikian pula kita sebagai seorang muslim yang cinta terhadap
syariat nabiyullah Muhammad Saw, kita di hari raya idul adha (tgl 10
Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik (tgl
11, 12, 13 Dzulhijjah) disunahkan dengan sunah muakkad (sangat dianjurkan)
untuk mengorbankan sebagian harta kita dijalan Allah dengan jalan menyembelih
binatang ternak dalam rangka taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah Swt yaitu
qurban. Bahkan Rasulullah mengancam orang-orang yang memiliki kemampuan
tapi tidak mau berqurban dalam sabdanya.
مَنْ كَانَ لَهُ سَاعَةٌ وَلمَ ْيُضَحِّ فَلاَ
يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّناَ
Artinya : “Barangsiapa memiliki keluasan rizki dan ia tidak mau
berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat sholatku” (HR Tirmidzi dengan
sanad shahih ).
Meskipun hukumnya sunnah muakkadah, namun ibadah qurban mengandung
nilai filosofis yang sangat tinggi, karena pada hakekatnya qurban adalah ujian
loyalitas keimanan kita kepada Allah, kita sering mengaku sebagai seorang
mukmin yang sejati, akan tetapi pernyataan kita tersebut belum dianggap
sempurna oleh Allah jika belum diadakan ujian loyalitas keimanan dan salah satu
dari ujian itu adalah perintah berqurban. Mampukah kita dan maukah kita
menyisihkan kebutuhan-kebutuhan kita yang lain dan lebih mendahulukan berqurban
?.
Oleh karena itu Allah berfirman :
أَحَسِبَ
النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ
Artinya: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk
berkata,” kami beriman.” Sementara mereka tidak diuji. (Qs Al-Ankabut:2).
Ujian adalah bukti dari keimanan, ujian juga simbol sayang dan
cinta Sang Penguji kepada hamba-Nya dan ujian juga ajang untuk mencetak
seseorang menjadi lebih bertaqwa dan berkualitas.
Kalau kita lihat dalam sejarah, tidak ada satu orang besarpun didunia
ini yang meraih masa keemasannya tanpa melalui ujian sedikitpun. Panutan kita
yang mulia, Rasulullah Saw harus mendapatkan ujian dari Allah semenjak beliau
masih dikandungan, dengan wafatnya ayah tercintanya, umur enam tahun harus rela
melanjutkan hidupnya tanpa kasih seorang ibu yang juga meninggalkannya. Nabi Musa
as, harus merasakan ujian yang hebat saat ia baru saja merasakan segarnya udara
di dunia, sebab ia harus dihanyutkan ke sungai NIL oleh ibunya pada hari
kelahirannya untuk menghindari kekejaman tentara fir’aun. Dan masih banyak
lagi.
Ujian-ujian yang diberikan oleh Allah pada hakekatnya adalah jalan
yang diberikan oleh Allah untuk membuat hambanya menjadi orang pilihan dan
orang yang bertaqwa.
الله أكبر الله
أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jamaah sholat id yang dimuliakan oleh Allah.
Disamping itu qurban juga berarti sebuah tekad untuk berani
meninggalkan dan menyembelih nafsu duniawi Kebinatangan kita dalam rangka
mengabdi dengan total kepada Allah Rabbul Izzati. Kesenangan kita terhadap
dunia akan menghalangi kedekatan kita kepada Allah Swt, oleh sebab itu Malik
Bin Dinnar pernah berkata :
حُبُّ الدُّنْياَ رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ
Artinya : “Cinta dunia adalah biang keladi dari
segala kesalahan”.
Oleh sebab itu, kecintaan kita terhadap dunia harus disembelih agar
kita bisa mendekat diri kepada Allah Swt. Islam tidak melarang umatnya untuk
mencari dunia bahkan Allah cinta kepada umat ini yang mau bersusah payah
mencari rizki yang halal, sebagaimana sabda Nabi :
ِانَّ اللهَ تَعَالىَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى تَعِبًا فىِ طَلَبِ الْحَلاَلِ
Artinya : Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hambanya lelah
dalam mencari riski yang halal (HR. Ad Dailami).
Islam hanya melarang kita untuk terlalu mencintai
dan diperbudak oleh dunia, sebab jika kita sudah jatuh cinta pada dunia,
maka kita akan melakukan dan menghalalkan segala cara untuk meraih dunia
itu sendiri.
الله أكبر الله
أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jamaah sholat id yang dimuliakan oleh Allah.
Binatang qurban yang kita sembelih hanyalah simbol yang tidak akan
pernah diperdulikan dan dinilai oleh Allah bila tidak didasari niat yang bersih
dan ikhlas, dimana hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firmanNya :
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَاوَلاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ
التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَالَكُمْ لِتُكَبِّرُوااللَّهَ عَلَى
مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِالْمُحْسِنِينَ
Artinya : Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak
dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. (Q.S. Al hajj :37 )
Ibnu Abbas menafsirkan kata taqwa pada ayat di atas dengan niat.
Niat yang suci dan ikhlaslah yang dapat mencapai ridho Allah, bukan karena riya/pamer
atau sombong.
Jamaah sholat id yang dimuliakan oleh Allah.
Momentum Idul Adha sekarang ini yang teraplikasi dengan pelaksanaan
ibadah haji dan qurban, Semoga bagi yang sudah/sedang melaksanakan haji semoga
menjadi haji yang mabrur dan bagi yang belum melaksanakannya semoga diberi
jalan kemudahan oleh Allah SWT. Dan bagi yang berqurban semoga diterima oleh
Allah SWT dan diberi riski yang berkah sehingga tahun depan bisa berqurban lagi
dengan yang belum kurban tahun ini Amin
بارك الله لى ولكم فى القران العظيم
ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم. وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو
السميع العليم اقول قولى هذا واستعفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين
والمؤمنات
فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم
No comments:
Post a Comment