KRITERIA ORANG YANG
SUKSES PUASA RAMADHAN
Dibaca Oleh : H. Mahfudl Sidiq,
S.Pd.I
Di Masjid Jami' Ar Rahmah Pasekaran Batang
لله أكبر
3 أكبر الله 3 الله
أكبر 3
الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا،
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَتَمَّ لَنَا شَهْرَ الصِّيَامِ،
وَأَعَانَنَا فِيْهِ عَلَى الْقِيَامِ، وَخَتَمَهُ لَنَا بِيَوْمٍ هُوَ مِنْ
أَجَلِّ الْأَيَّامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، الواحِدُ الأَحَدُ، أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَنَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ إلَى جَمِيْعِ
الْأَنَامِ،. (أَمَّا بَعْدُ)
فَيَا أَيُّهَا
النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا اللَّهُ
Hadirin Wal Hadhirah jamaah idul Fitri Rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan sebenar-benarnya takwa (h}aqqa
tuqa>tihi), dengan melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh Allah
serta meninggalkan apa saja yang dilarang-Nya.
Tiada kalimat yang lebih indah dan lebih patut kita ucapkan di pagi yang sangat membahagiakan ini
selain mengumandangkan takbir (Allahu Akbar) dan tahmid (al-hamdu lilla>h),
sebagai
ungkapan syukur
kita kepada
Allah SWT atas segala nikmat,
pertolongan dan anugrah-Nya kepada kita semua, sehingga pada pagi ini kita
masih diberi kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk melaksanakan sholat iedul Fitri di masjid Ar-rahmah ini.
Setelah kita melaksanakan masa training selama satu bulan dengan melakukan berbagai aktifitas ibadah di bulan Ramadan, tiba-tiba kita menyadari bahwa ternyata kita adalah masyarakat yang memiliki potensi untuk menjadi sangat religius.
Hadirin Wal Hadhirah jamaah idul Fitri Rahimakumullah.
Seharusnya nilai dan nuansa Ramadan tidak hanya selesai di masa training (bulan ramadhan) saja, akan tetapi nilai dan nuansa itu selalu hidup di perjalanan hari-hari pasca-Ramadan, sehingga pertanyaannya adalah, “sanggupkah kita menjalani kehidupan pasca-Ramadan dengan berbekal nilai-nilai yang sudah kita peroleh di bulan Ramadan?”, Ramadan mengajarkan nilai keikhlasan, kesadaran, loyalitas, komitmen, kedisiplinan, sensitifitas sosisal, dan yang lain. Ataukah yang ada malah kita terlanjur bangga karena telah merasa mendapatkan rahmat, maghfirah dan terbebas dari api neraka, sehingga kita boleh bebas “mengotori” kehidupan pasca- Ramadan. Naudzu billah mindzalik.
Ramadhan tentu lebih dari sekedar pendidikan dan latihan. Karena Ramadhan merupakan wahana penempatan diri sekaligus saat-saat dilimpahkannya Rahmat, Ampunan (maghfiroh) dan pembebasan dari api neraka (Itqun Minannar). Aktifitas ibadah sunnah diganjar senilai ibadah wajb, sementara ibadah wajib membuahkan pahala yang berlipat ganda sampai 70 x lipat.
Keberhasilan ibadah puasa seseorang dapat diukur antara lain dengan
indikator sejauh mana ia mampu menginternalisasi
dan mempertahankan nilai-nilai yang telah diperoleh ketika melaksanakan ibadah puasa Ramadan, sehingga kehidupan
pasca- Ramadan menjadi lebih baik dan bertambah ketaatan dan ketaqwaannya
kepada Allah SWT.
Dengan demikian, harus kita sadari bahwa keberhasilan ibadah Ramadhan tidak hanya terletak pada amaliyah Ramadhan yang kita kerjakan dengan baik saja, tapi yang sangat penting adalah bagaimana mengimplementasikan serta menunjukkan adanya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita yang dimulai dari bulan Syawal ini hingga Ramadhan tahun yang akan datang.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 183 :
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.". (Q.S. Al Baqarah :183)
Hadirin Wal Hadhirah jamaah idul Fitri Rahimakumullah.
Dari keterangan ayat di atas, bahwa tujuan kita berpuasa adalah Taqwa
Taqwa merupakan standar paling tinggi tingkat kemuliaan manusia. Seberapa tinggi derajat mulia manusia tergantung pada seberapa tinggi ketaqwaannya kepada Allah
“ ان اكرمكم عند الله اتقاكم
”(Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu).
Jika standar capaian tertinggi puasa adalah taqwa, maka tanda-tanda bahwa kita sukses melewati puasa di bulan Ramadhan pun tak lepas dari ciri-ciri Muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). Semakin tinggi kualitas taqwa kita, indikasi semakin tinggi pula kesuksesan kita dalam berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas taqwa kita, pertanda semakin gagal kita dalam berpuasa pada bulan Ramadhan.
Lantas, apa saja ciri-ciri orang-orang yang bertaqwa ?
Dalam surat Ali Imran Allah SWT. Bersabda :
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ
وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali Imran :134)
Jama’ah Kaum Muslimin wal Muslimat jamaah idul Fitri Rahimakumullah.
Ayat tersebut
memaparkan ada 3 ciri orang yang bertaqwa yaitu :
1.
Gemar
menyedekahkan sebagian harta.
Orang yang bertaqwa tidak akan sibuk hanya memikirkan diri sendiri, dengan
berbekal puasa yang dilakukannya, maka akan terbentuk karakter yang berjiwa
sosial, menaruh empati pada sesama serta rela berkorban untuk orang lain dalam
setiap keadaan.
2.
Mampu menahan
hawa nafsu (amarah).
Jangan dulu mengaku kembali ke fitrah bagi mereka yang
masih selalu dendam, selalu menyulut api kemarahan dan permusuhan (al-‘adawah wa al-bughodh),
jangan dulu mengaku kembali ke fitrah, bagi mereka yang selalu mengadu domba, tidak memperkuat kembali tali al-ukhuwwah (persaudaraan) dan al-ittihad (persatuan), karena semua
itu menyalahi fitrah manusia yang secara kodrati adalah sebagai makhluk yang hanif, yang cinta kesucian, kebaikan dan
cenderung melakukan kebaikan.
3.
Memaafkan
kesalahan orang lain.
Sikap saling memaafkan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ibadah puasa. Setelah dosa-dosa kita yang berhubungan dengan Allah atau Hablum mina Allah sudah diampuni dan dihapus Oleh Allah SWT dengan cara bertaubat dan memohon Ampun kepada-Nya, maka tinggal kekhilafan/kesalahan kita kepada sesama manusia baik itu dilingkungan keluarga, tetangga dan handai tolan belum akan terhapus, kecuali dengan saling memaafkan.
Amatlah arif Ulama’-ulama’ di tanah air
kita tercinta yang telah menciptakan
tradisi Halal bil Halal serta bersilaturrahmi di setiap moment lebaran.
Sehingga sempurnalah kita, ketika kita usai membersihkan diri dari
kesalahan-kesalahan kepada Allah SWT (Hablum Mina Allah), selanjutnya kita
saling memaafkan antara sesama manusia (Hablum minannas). Tapi ingat Covid-19
masih tetap menghantui kita, oleh karena itu dalam Silaturrrahmi dan berhalal
bil halal Jangan lupa 5 M :
- Memakai
masker,
- Mencuci
tangan pakai sabun dan air mengalir,
- Menjaga
jarak,
- Menjauhi
kerumunan, serta
- Membatasi
mobilisasi dan interaksi.
Selain dari pada itu, di hari yang fitri ini, mungkin sebagian di antara kita masih ada yang terhalang oleh keadaan, karena ternyata Covid-19 belum juga sirna dari negri kita tercinta Indonesia, bagi mereka yang masih terhalang oleh keadaan jangan sampai mereka lewatkan permohonan maaf kepada kedua orang tua, saudara dan tetangga walaupun tidak bisa bertatap muka secara fisik secara langsung. Silakan saling memaafkan antar saudara, tetangga, teman, dan lain sebagainya dengan menggunakan fasilitas yang ada, jika pertemuan fisik tidak memungkinkan. Kita fungsikan media sosial yang kita punya sebagai sarana untuk merekatkan antar keluarga, tetangga dan sesama muslim sehingga media sosial kita menjadi wasilah kita menuju ridha Allah subhanahu wa ta’ala.
Hadirin Wal Hadhirah jamaah idul Fitri Rahimakumullah.
Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang yang ikhlas menyedekahkan sebagian harta kita di jalan Allah, mampu menahan hawa nafsu dan memaafkan kesalahan orang lain, sehingga setelah Ramadhan Amaliah dan Ketaqwaan kita kepada Allah SWT semakin meningkat Amin Ya Robbal Alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ
العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ
بَخَيْرٍ. آمين قَالَ اللهُ تَعَالي :
بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
No comments:
Post a Comment